Hanlyn Multi Global |
Indonesia tergolong negara yang masih sangat kekurangan jumlah entrepeneur
di banding negara-negara lain. Berdasarkan data Global Entrepreneurship Index
(GEI), Indonesia berada di urutan ke-97 dari 136 negara dan di berada di bawah
Vietnam, Malaysia, dan Thailand untuk kawasan ASEAN. Tetapi, dengan munculnya
berbagai startup yang mendapatkan minat masyarakat yang begitu besar nampaknya
menjadi trigger adanya ratusan startup di Indonesia yang di laporkan pada tahun
2018 mencapai 992 perusahaan rintisan menurut riset Masyarakat Industri Kreatif
Teknologi Informasi & Komunikasi Indonesia (MIKTI). Hal tersebut seperti
menunjukan bahwa saat ini menjadi seorang entrepreneur sukses yang
memulai bisnis dari bawah bukan lagi hal yang mustahil bagi siapapun yang mau memberikan
effort maksimal untuk mengembangkan bisnis yang di rintis. Terutama dalam
hal mentalitas belajar, kerja keras dan juga keterbukaan untuk melihat berbagai
masalah serta peluang di masyarakat serta menciptakan ide-ide kreatif untuk menjawabnya.
Dan tak lupa adalah peran teknologi digital yang dapat di bilang berhasil di
manfaatkan oleh para founder unicorn besar di Indonesia ini. Ya benar, tanpa website
dan aplikasi yang siap di download dengan mudah di google playstore atau
playstore sejenis yang umum di gunakan oleh masyarakat Indonesia, antusiasme
publik mungkin tidak sefantastis saat ini. Selain ketepatan menyentuh
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, memang kemudahan pengguna yang di tawarkan
dalam bentuk web apps maupun aplikasi android/ios menjadi daya tarik
tersendiri. Karena justru hal itu yang tidak di dapatkan oleh masyarakat saat
era industri 4.0 belum se-familiar seperti sekarang. Jika kamu berencana atau
sedang merintis sebuah bisnis ataupun startup, mungkin beberapa kisah
perintisan startup dari founder Indonesia ini bisa menginspirasi.
1.
Achmad Zacky—Founder
Bukalapak
Kita
tentu sudah tidak asing lagi dengan marketplace bukalapak bukan? Bukalapak
merupakan salah satu online marketplace terbesar di Indonesia, bahkan di
Asia Tenggara dengan pertumbuhan penjualan mencapai 20 persen per bulan dalam kurun
waktu kurang dari 2 tahun. Bukalapak di dirikan oleh Achmad Zacky pada pada
tahun 2010. Achmad Zacky saat ini berusia 32 tahun, itu artinya ia memulai
bisnisnya membangun bukalapak pada usia yang terbilang cukup muda yakni 23
tahun. Sebelum masuk kuliah di ITB, Zacky memiliki tujuan yang sederhana yakni
memperoleh ijazah, memiliki pekerjaan yang bagus dan gaji yang besar. Tetapi
seiring melalui masa kuliahnya, terjadi perubahan cara berpikir dalam memandang
tujuan. Dalam membangun bisnisnya, Achmad Zacky berpikir untuk mendirikan
sesuatu yang juga bisa bermanfaat bagi masyarakat luas. Kemudian akhirnya ia
memutuskan untuk membuat situs yang bisa memfasilitasi penjual dan pembeli dan
dirikanlah Bukalapak. Tidak mudah mengajak orang untuk berjualan di Bukalapak
karena pada waktu itu pengguna internet belum sebanyak saat ini, situ serupa
pun masih sangat jarang di Indonesia, padahal untuk berjualan di Bukalapak
tidak dipungut biaya alias gratis. Kebanyakan pedagang offline tidak mau ribet berjualan
lewat internet dan tantangan yang cukup berat ada pada kepercayaan customer pada
e-commerce, takut tertipu dll. Tapi Zacky tidak berputus asa, melainkan
menciptakan inovasi-inovasi untuk menciptakan kepercayaan antar penjual dan
pembeli, misalnya seperti edukasi dengan memberikan penghargaan pada seller dan
sering mensosialisasikannya lewat medsos. Hingga dalam waktu tiga tahun jumlah
lalu lintas penjual dan pembeli di Bukalapak berkembang pesat. Jika pada awal
pendirian Bukalapak Achmad Zacky harus merogoh budgetnya sendiri, kini
Bukalapak mendapatkan pendanaan dari beberapa investor seperti Batavia
Incubator, IMJ Inverment dll. Ada salah satu pandangan Achmad Zacky yang dapat
menjadi petimbangan para intrepeneur dan calon intrepeneur :
“Karena
jika Anda bertambah tua, sudah menikah dan memiliki anak, Anda cenderung memiliki
lebih pertimbangan dan konservatif. [...] Jika saya harus membangun startup
saya dengan bermodalkan nol saat ini, saya mungkin tidak mau mengambil resiko
karena saya memiliki istri dan seorang anak perempuan”
2.
Nadhiem
Makariem—Founder Gojek
Kamu
pelanggan setia gojek? Tahu bagaimana cerita di balik nama perusahaan yang
bergerak di bidang layanan ojek online sebelum akhirnya menjadi se-booming saat
ini? Percaya atau tidak, saat ini PT. Gojek Indonesia merupakan startup
Indonesia pertama yang memiliki valusi bisnis 1 milyar dolar pada tahun 2016
mulai di rintis dari nol di tahun 2010 oleh Nadhiem Makariem. Pada saat itu
Gojek di mulai dengan 30 orang driver. Sebelum mendirikan gojek, Nadhiem
sendiri sering menggunakan jasa ojek pangkalan sebagai alat transportasi untuk melakukan
berbagai aktivitasnya, karena jika menggunakan mobil akan ‘susah sampai’. Namun
ketika sangat di butuhkan, ojek pangkalan sering sulit dicari dan sebaliknya,
tarifnya pun tidak pasti kadang 40 ribu kadang 10 ribu. Akhirnya Nadhiem
memutuskan untuk memeiliki ojek langganan dan sering mengajak ngopi serta
ngobrol-ngobrol dengan ojek langganannya tersebut. Dari hasil perbincangan tersebut Nadhiem banyak
mengetahui tentang masalah yang terjadi dalam transportasi ojek serta
kesejahteraan pengemudinya. Menurutnya
permasalahan jasa ojek ini bukan hanya jadi masalahnya, melainkan merupakan
problem fundamental dimana ada supply
dan demand yang tidak seimbang. Setelah mendirikan gojek, Nadhiem
mengaku banyak belajar dari kesalahan dan kegagalan begitupun juga gojek. “Tidak
ada malapetaka yang bisa terjadi pada company teknologi belum terjadi di
go-jek”, kata Nadhiem di sambut tawa mahasiswa LSPR. Nadhiem berpendapat
bahwa Gojek harus memberikan solusi pada kebutuhan sehari-hari konsumen
Indonesia. Nadhiem berharap gojek dapat menginspirasi Indonesia bahwa teknologi
dapat memperbaiki kehidupan banyak orang. Walaupun saat ini ada Grab,
perusahaan singapura yang merupakan pesaing berat gojek, ini lah pandangan
Nadhiem terhadap hal tersebut yang mungkin dapat menjadi inspirasi bagi kita :
“Hal
ini benar-benar sulit ketika Anda berada dalam fase, berada di persaingan ini,
ketika segala hal saling beradu, bersaing ketat saat ini. Namun Anda menyadari
bahwamemang di butuhkan suatu kompetisi untuk menciptakan skala dan membawa
perubahan”
3 3. Ferry Unardi—Founder
Traveloka
Saat
ini siapa yang tidak tahu Traveloka? E-commerce yang bergerak di bidang layanan
pemesanan tiket pesawat, kereta, hotel dan berbagai fasilitas menarik lainnya
ini didirikan oleh Ferry Unardi tepat pada usianya yang ke 23 pada tahun 2012.
Kini, layanannya bukan hanya bisa di nikmati oleh masyarakat Indonesia, tetapi
juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina dan
Vietnam. Demi mendirikan Traveloka, Ferry Unardi memiih melepaskan pekerjaannya
di microsoft dan berhenti dari kuliah S2-nya. Berawal dari masalah-masalah yang
terjadi pada saat Ferry sering memesan tiket pesawat semasa kuliah. Sebab ia
perlu bolak-balik Amerika-Indonesia ataupun ke beberapa tempat lainnya untuk
suatu keperluan. Sulitnya mendapatkan tiket seperti yang di harapkan, sering
mengalami putus informasi pada saat memesan tiket misalnya tiba-tiba websitenya
error atau tidak ada follow up selanjutnya dari agennya. Dari situlah
Ferry melihat suatu peluang untuk memperbaiki sistem dalam layanan ini mulai
dari penguatan dari segi websitenya mulai dari maintanance, layout, dan
fitur-fiturnya serta dari segi layanannya yang open 24 jam. Traveloka di
dirikan pada awalnya hanya mengandalkan skill IT dari Ferry dan temannya yang
sama-sama memiliki background engineer. Mulai dari analisis e-commerce,
sistem enterprise, coding dan sebagainya. Setelah traveloka di
luncurkan, tantangan terberat saat itu
adalah mengembangkan perusahaan dengan jumlah karyawan yang hanya 8 orang.
Selain itu, banyak maskapai penerbangan yang tidak mau bekerjasama dengan
traveloka. Tetapi Ferry pantang menyerah, ia terus berusaha meyakinkan pihak
perusahaan maskapai penerbangan hingga kita bisa memilih maskapai penerbangan
apapun di situs atau aplikasi traveloka. Ferry juga memperbaiki layanan
customer service sehingga masyarakat lebih leluasa untuk mengajukan berbagai
pertanyaan. Hal itu yang membuat traveloka kini terus berkembang dan memiliki
nilai valuasi mencapai sekitar 26,3 Triliun Rupiah denga jumlah kunjungan 16,5 juta pengunjuang tiap bulannya. Berikut
adalah pernyataan Ferry saat memutuskan membangun sebuah bisnis walaupun pada
awalnya dia tidak melihat bahwa dirinya merupakan seorang entrepeneur melainkan
seorang engineer :
“Saya
ingat ketika semua orang mempertanyakan keputusan saya untuk berhenti, tapi
itulah yang harus dilakukan. Berhenti kuliah adalah keputusan yang sangat
sulit, baik untuk saya dan pasangan saya karena ia bekerja untuk LnkerdIn pada
saat itu dan memiliki saham yang belum sepenuhnya diperoleh. Tapi saya ingat
pernah mengatakan, ‘kita (berusia) 23, kita masih cukup muda untuk melakukan
kesalahan dan bahwa tidak ada waktu yang lebih baik”
Setiap perusahaan besar tidak mungkin menjadi besar dengan sendirinya,
bahkan bagi founder startup sekelas Mark Zukrberg (Founder Facebook). Selalu
ada kisah kerja keras, mental challenge, atau bahkan kegagalan yang harus di
alami oleh mereka para entrepreneur. Tidak lupa, pemanfaatan teknologi digital
yang tepat menjadi andil keberhasilan bisnis di era digital ini, terutama yang
paling umum terlihat adalah website dan aplikasi, serta yang pasti ada peran digital
marketing yang jitu disana. So, teman-teman satu hal yang berbeda dari era-era
sebelumnya kenapa peluang bisnis terbuka lebar saat ini bagi mereka yang mau
belajar, bekerja keras dan bekerja cerdas yaitu bahwa sumber informasi sangat
melimpah dan mudah di akses oleh siapapun hanya saja permasalahannya ada metode
kita untuk mengolah informasi-informasi tersebut menjadi sebuah inovasi dan
solusi. Itulah kisah-kisah inspiratif dari beberapa founder startup Indonesia,
semoga dapat memotivasi kita dalam memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa
dalam bidang entrepreneur.
Posting Komentar